Hari terakhir ke kampus kemarin, saya bersama teman saya obrak abrik kantor sektor, teman saya menemukan majalah sector edisi lama dan ia m...

MENYAMBUT KE-N TAHUN SEKTOR YANG TERTIDUR

Hari terakhir ke kampus kemarin, saya bersama teman saya obrak abrik kantor sektor, teman saya menemukan majalah sector edisi lama dan ia menyerahkan pada saya untuk dibaca dan rewrite materi yang bagus, sampai rumah lembaran demi lembaran saya baca, dan akhirnya saya menemukan hal menarik dari majalah kuno itu, sebuah materi mengenai “menyambut satu tahun  usia sektor” sebagai seorang anggota baru dari sebuah lembaga pers mahasiswa ini saya ingin mengetahui lebih dalam tentang perjalanan panjangnya, dimana  sektor yang dulunya katanya sudah terkenal sejagat raya.isi materi dibawah ini Cuma ditulis ulang dari majalah sektor (No.1 Tahun II – Jan/Feb 1987) hal ini dimaksudkan agar menumbuhkan motivasi yang tinggi pada pengurus lama maupun pengurus baru untuk membangitkan kembali elang yang tertidup lelap dalam ranjang empuknya.
SEKTOR-Menyambut Satu Tahun Usia Sektor : Dalam usianya yang masih satu tahun, majalah sektor sebagai media komunikasi warga kampus ternyata masih jauh dari harapan sebagai majalah kampus yang ideal. Beberapa tahun lalu pers kampus pernah mencapai masa kejayaannya. Tetapi belakangan ini rasanya memang hanya tinggal nostalgia saja, namun keeping-keping kejayaan itu selalu terbayang jelas di depan kami. Pertanyaan yang perlu disodorkan  “Apakah era keemasan untuk pers kampus itu bisa terulang kembali ?” jawabnya berpulang kepada kita semua, namun kelihatannya memang sulit. Tentulah tidak bisa disamakan kondisi saat ini dan beberapa tahun lalu.
            Saat ini pers kampus ketinggalan begitu jauh dengan pers umum baik professional penggarapannya maupun jumlah oplahnya. Namun disela-sela keadaan yang sulit inilah tersembul suatu harapan bahwa paling tidak keberadaan pers kampus harus tetap dipertahankan. Sebagai masyarakat kampus yang diharapkan sebagai masyarakat ilmiah itu, ajang tulis menulis mutlak dibutuhkan betapapun keberadaan pers kampus tersebut semakin sempit dan jangkauannya.
Berangkat darisanalah setahun yang lalu, melalui surat ijin terbit 8182/PT.03.1/0/1985 atau tepatnya januari 1986 terbitlah majalah sektor yang pertama. Majalah yang dirintis oleh kepengurusan senat periode 85/86 itu hanya mempu terbit satu kali. Dari 1000 oplah yang dicetak hanya sempat terjual beberapa buah saja. Kemudian pada saat penggantian pengurus senat 85-86 ke periode 86-87 disadari akan pentingnya pers kampus, sehingga program penerbitan majalah kampus diusahakan dengan segala kemampuan yang ada.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa peranan pers kampus saat ini semakin menyempit. Itulah sebabnya majalah sektor tidak akan muluk muluk, artinya kami tidak akan meng-claim diri sebagai yang terbaik atau segala-galanya. Tidak ! nama “SEKTOR” dimasuksudkan sebagai “BIDANG” dalam arti hany merupakan “BAGIAN” saja. Namun ditengah-tangah bacaan yang begitu melimpah tentu kurang lengkaplah kalau kita tidak membaca majalah kampus.
Dalam menyambut satu tahun sektor, kami berharap dengan sangat peran serta warga kampus, para dosen, mahasiswa, karyawan dan juga alumnus sehinga isi majalah sektor semakin berbobot dan bervariasi. Bahwa selama ini peranan warga kampus masih teramat minim padahal mati hidupnya majalah ini tergantung pada warganya.

Itulah sepenggal materi yang di tulis kembali dengan sedikit perubahan, entah ada berapa pengurus Sektor yang tahu kapan tanggal pasti kelahiran pers kampus yang megah ini, dan entah berapa yang masih memiliki komitmen yang sama untuk mengembalikan peran pers kampus sebgai mana mestinya, mahasiswa dengan masyarakat ilmiah sebagai julukannya haruslah mampu untuk menularkan gagasan ilmiahnya pada sesamanya baik berupa tulisan maupun lainnya. Muali detik ini ikrarkan janji untuk MENGEMBALIKAN JATI DIRI PERS KAMPUS “SEKTOR” sebagai lembaga pers independen yang mampu mewujudkan “EKONOMI SATU, FEB JAYA”.

0 komentar:

KACA MATA SUBKHI 2014: Kado akhir tahun datang, tak perlu kata permisi untuk menyerahkannya dan tak butuh kata selamat untuk menerimanya, ...

Kado Akhir Tahun

KACA MATA SUBKHI 2014: Kado akhir tahun datang, tak perlu kata permisi untuk menyerahkannya dan tak butuh kata selamat untuk menerimanya, semua berjalan sekejab saja, pemerintah baru dengan wacana dan kebijalan baru masih belum mampu mengelola kado ini secara bijaksana, kado yang sejatinya merupakan kado lama ini menjadi sebuah masalah serius bagi pemerintahan. Kado lama ini adalah SI Air ROB “Banjir”, Banjir menjadi rutinitas masalah tahunan bagi bangsa ini, setiap pergantian tahun mesti terdapat banjir di Negara ini, baik di pusat kota ataupun perbatasan desa, sehingga secara langsung maupun tidak langsung banjir dapat menganggu jalannya perekonomian bangsa, ketika banjir datang hampir keseluruhan aktifitas perekonomian berjalan melambat, produksi terhambat, distribusi terlambat, dan konsumsipun terjerat, sehingga lazimlah bagi seorang kaum pemberontak seperti saya untuk memberontak ditengah kepungan banjir yang melanda negeri ini, ada beberapa hal yang membuat hati saya resah akan fenomena banjir tahunan di Indonesia.mulai dari pemerintah yang sok hero sampai masyarakat yang terlampau sabar akan kondisi hidupnya, disini akan saya jabarkan satu persatu keresahan hati saya dengan realita hidup di era abad 21 ini.





Sebagai pengantar, saya menganalogikan fenomena banjir tahunan ini dengan benalu dalam pohon mangga, selama benalu itu hidup di pohon mangga maka selama itu pula pohon mangga tak mampu tumbuh menjadi pohon mangga yang berbuah lebat, dan lambat laun pohon mangga itu akan mati, dari analogi diatas maka kita dapat menarik makna bahwa selama banjir itu ada maka selama itu pula pemerintah tak mampu melakukan pembangunan perekomian secara merata sesuai dengan tuntutan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkan ketuhanan yang maha esa”. Benalu yang ada layaknya dibasmi dengan memberikan obat gulma ataupun memotongnya sampai keakarnya. Sama halnya dengan banjir, sudah berapa lama wilayah ekonomi kita terkepung dengan banjir? sudah apa saja yang pemerintah lakukan untuk mengatasi banjir? sudah berapa korban dari bencana banjir ini ? masihkah kita bertahan dengan kondisi banjir yang semacam ini?, mungkin para pembaca agak sebel dengan pertanyaan diatas, dan mungkin saja pembaca menyalakan saya karena seolah olah saya lebih menyalakan pemerintah, dan seolah olah pula saya belum memberikan aksi nyata untuk mengurangi banjir ini, hehe, terserahlah yang penting saya berargumen disini sebagai mahasiswa, dimana mahasiswa sesuai dengan status sosialnya memiliki peran sebagai control social dan agen perbaikan, maka dari itu tak perlu saya bahas panjang lebar mengenai aksi saya, disini saya tekankan pada peran saya sebagai control social yang memberikan kritik membangun untuk pemerintah. Beberapa garis besar tentang keresahan hati saya akan fenomena banjir tahunan ini adalah disaat banjir datang masyarakat korban banjir tahunan terlampau sabar akan kondisi banjir yang menengelamkan harta bendanya, dimana mereka seolah olah sudah terbiasa dan tak mampu berbuat apa apa ketika si air rob ini datang ke wilayah mereka selain itu pemerintah cuman bisa show off sambil bagi bagi bantuan makanan pada korban banjir dan berjanji akan menangani banjir yang ada (pemerintah sok hero).

Kamis minggu lalu saya pulang dari kampus pukul 19.30 saat itu hujan lebat menguyur kota Surabaya, diluar kampus air hujan sudah tak mampu mengalir ke gorong gorong,akhirnya wilayah sekitar kampuspun banjir setinggi 30 cm, memang saya sadari kota dengan label metropolitan itu lebih memprioritaskan pembangunan gedung gedung mewah untuk aktifitas perekonomiannya dibandingkan pembangunan gorong gorong besar ataupun sirkulasi air untuk pelestarian lingkungannya, sehingga tak khayal kalau setiap hujan turun kota dengan label metropolitanpun selalu banjir, tapi itu juga sangat aneh, apa pemerintah kotanya Cuma tahu soal bangun membangun aja, kagak tahu untuk apa pembangunan itu dilakukan, atau emang ada rahasia dibalik rahasia tentang pembangunan wilayah metropolitan yang megah ini. Perjalanan pulang saya melawati rute banyu urip, tanjung sari, manukan, smp wilayah gresik selatan, dan ternyata rute wilayah perjalan saya saat itu hampir semuanya tergenang air serta hamper semua kendaraan bermotor tidak dapat mengendarai kendaraannya, alhasil sayapun harus mematikan mesin sepeda saya dan mendorongnya dari wilayah banyu urip sampai pertigaan tanjung sari, selama saya mendorong kendaraan saya dan melewati perkampungan yang dilanda banjir muncul beberapa pertanyaan dari pikiran saya , mengapa masyarakat tersebut betah  hidup di perkapungan yang setiap hujan turun pasti banjir, apa mereka sudah kehilangan jiwa pemberontak,sehingga mereka tak mampu melapor pada pemerintah setempat, saya semakin binggung dengan kondisi saat itu, apakah masyarakat itu terlalu sabar dengan kondisi yang mereka terima ataukah mereka memang masyarakat apatus yang taunya Cuma diri mereka sendiri dan tak mau tau akan konsdisi social disekeliling mereka, mereka terlihat biasa saja, memang sangat tipis perbedaan masyarakat yang terlampau sabar dan masyrakat apatis.
Hal lain yang membuat hati saya resah adalah beberapa kebijakan pemerintah yang konyol, beberapa tahun yang lalu sempet ada julukan menteri nasi bungkus di era orde baru, karena kebijakan nyeletuknya, menteri itu bagi bagi nasi bungkus pada rakyat yang saat itu dalam keadaan susah, dan tindaan itu dikecam habis habisan oleh kaum intelektual. Era reformasipun masih mewarisi kebijakan ini, kebijakan bagi bagi bantuan makanan pada korban banjir, ini aneh, wahay kaum birokrat sudah hilangkah jiwa birokratmu, dalam kepemimpinanmu ini, kau tahu bahwa setiap tahun itu pasti ada banjir, dan banjir itu bukan bencana alam, tapi bencana manusia dimana itu semua karena ulah manusia bukan pergerakan alamiah, saya yakin  anda tahu dan kerabat anda disanapun tahu tapi mengapa anda tetap membiarkannya bahkan seolah olah memliharanya, banjir sekarang adalah ulah manusia yang dipelihara oleh pemimpinnya!!!, kepemimpinan yang berorentasi kepentingan pribadi membuat semua hal di arena kepemimpinannya sebagai objek komersil yang layak untuk dikomersilkan, beberapa diskusi ringan saya dengan korban bencana banjir di salah satu daerah membuahkan hasil bahwa salah satu akibat banjir yang ada diwilayah itu adalah maraknya pembangunan perumahan dan pengalih fungsian lahan dari lahan tadah hujan menjadi lahan bisnis baru. Dari situ saya rasa MEMANG BANJIR ADALAH PELIHARAAN PEMERINTAH, dimana mungkin pemerintah memaksudkan agar banjir tahunan ini akan tetap ada agar pembangunan jalan jalan rusak, sarana prasarana public itu tetap ada, sehingga kontraktor pembangunan itu tetap ngeksis dalam pembangunan daerah tersebut, apalagi kalau kontraktor pembangunannya adalah pemimpin daerah tersebut, kalian merasa aneh nggak kalau banjir yang setiap tahun itu nggak selesai selesai malahan tiap tahun semakin besar, terus selama hamper 5 tahun kepemimpinannya pemimpin itu ngapain ajaaa ? agak gemes deh sama pemerintah yang satu ini, mbok ya kalau uda nemu penyebab utama banjirnya, langsung diatasi, pemerintah nggak open banget tentang penyebab banjir akhir akhir ini, yang saya tahu pemerintah Cuma ninggikan jalan dengan dalih biar banjirnya berkurang, persetan emang, saya nggak tahu penyebab pastinya apa, tapi saya rasa sekelas pemerintah seharusnya tahu apa itu dan harus bagaimana itu, tapi entah lagi kalau kebijakan kebijakan yang mengarah pada kesejahteraan itu sudah dilumuri kepentingan yang beraroma komersial. Dan lebih anehnya saat banjir itu sudah menimpa wilayahnya maka pemimpin itu akan turun ke lokasi banjir sambil membawa bantuan dan mengeluh eluhkan namanya di masyarakat tersebut hingga namanya tercantum besar di headline Koran yang popular, gaya blusukan yang bernuansa heroless harus dibungkam dan dipenggal, pemimpin sok hero yang semacam ini yang Cuma saat banjir saja kesana, yang memberikan orasi dengan nada nada politik serta bagi bagi bantuan makanan, wahay pemimpinku, kami tak butuh bantuan makanan kami butuh kenyamanan !!!, bertahun tahun kami hidup di pemukiman banjir ini, tapi engkau Cuma bisa janji akan mengatasinya dan aksinyatamu Cuma bisa bagi bagi bantuan makanan saja, anjiiing dah.



Bukan niat saya untuk mengecam anda, bukan hati juga kalau saya nggak sabar dengan kondisi yang semacam ini, saya hanya ingin menyuarakan suara yang akhir akhir ini memang idealnya untuk disuarakan pada pemerintah, sudah lama mahasiswa menjadi kaum intelektual yang bungkam akan realita kehidupan masyarakat, suara suara tuhan yang diamanahkan pada mereka kini hanya tertinggal dalam kantong jas almamaternya atau terselip dalam buku kuliahnya, ketika kaum intelektual sudah menjadi kaum bungkam yang apatis dengan kehidupan maka apa bedanya seorang mahasiswa dengan siswa Taman kanak kanak yang mereka juga bungkam dan cuma bisa main main saja.

Dari beberapa uraian hangat mengenai kado lama untuk pemerintah baru ini, maka saya dapat mengakhiri statement saya dengan sebuah analogi pula, satu mangkuk Kolak ayam yang lezat tidak jadi dimakan hanya karena ada setetes cairan tinja di tengah kolak ayam itu, sama halnya dengan kondisi selezat lezatnya alam Indonesia raya akan tak bisa dinikmati kalau masih ada pemimpin yang cuma tahu uang dan penghargaan, tak tahu dan tak akan mau tahu tentnag kesejahteraan rakyat yang sesungguhnya. Sudah lama bangsa ini tertidur di ranjang empung kekayaan alamnya, tanpa tahu beberapa bangsa lain sudah lama mencuil ranjang empuk kita, LETS MOVE ON INDONESIAN !!!!


0 komentar:

FEB18/12/2014 - Pesta rakyat mahasiswa FEB baru saja digelar, hiruk pikuk dan aroma politikpun sudah mulai memudar, tinggal berserakan beber...

(great opinion) fenomena bunglon pada pemilihan umum mahasiswa FEB UNAIR

FEB18/12/2014 - Pesta rakyat mahasiswa FEB baru saja digelar, hiruk pikuk dan aroma politikpun sudah mulai memudar, tinggal berserakan beberapa atriput kampanye para calon yang lupa dibersihkan oleh panwaslu saat minggu tenang. ada beberapa hal menarik yang tersisah dalam panasnya aroma politik mahasiswa kala itu. mulai dari ajang adu intelektualitas dalam berorasi, sampai penentuan who is the leader of FEB UNAIR.

beberapa hari terakhir saya berdiskusi dengan beberapa kawan saya mengenai politik kampus ini, saat diskusi itu munculah analogi menarik yaitu "bunglon", kawan saya kala itu menyebut beberapa pendukung atau tim sukses dari calon leader FEB yang memalingkan suara secara sembunyi sembunyi sebagai bunglon FEB, sebenarnya dalam situasi politik akhir akhir ini memang tidak perlu dipungkiri bahwa tidak sedikit bunglon bunglon yang ada, yang pergerakan mereka hanya berlandaskan kepentingan pribadi, mendukung atas nama tawaran jabatan jabatan politis. persetan bukan, bunglon yang mampu berganti warna sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada membuat mereka diterima dimana aja akan tetapi bunglon yang semacam itu tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan politik yang kaku, karena hal ini akan membentuk disintegrasi sebuah arena politik. bunglon bunglon itu akan diarahkan sebagai kambing hitam oleh kelompok kelompok tertentu.sudah jadi bunglon jadi kambing hitam pula, anjriiit kasian banget tuh orang, haha.

bunglon itu sudah menebar aroma warna indahnya dari persiapan awal sampai pelaksanaan pemilu, bunglon memang indah tapi tak akan selamanya indah jika warna dia sudah tak layak untuk dilihat orang sekitar, hanya nilai estetika aja itu tidak cukup untuk membuat si bunglon masuk dan menjadi partner yang baik dalam gelanggang politik kampus.

bunglon oh bunglon, beberpa bunglon itupun akan menjadi santapan hangat sebagai kambing hitam permasalan pemilu, saat pemilu kemarin muncul 2 tragedi besar yang membuat orang jengkel dan emosi, tragedi pertama adalah pelaksanaan pemilu yang tak serentak dikarenakan permasalahan koneksi internet, koneksi internet tiba tiba putus dan tidak dapat digunakan untuk membuka server e-vote, statement awal dari beberapa orang menunjukan bahwa seolah olah kegagalan koneksi itu direncanakan secara sengaja oleh beberapa oknum kelompok tertentu, setelah semua emosi membludak tiba tiba munculah informasi valid dari bagian koneksi internet, ternyata koneksi yang sebelumnya sudah dipasang itu di pindahkan ketempat yang lebih aman oleh tim koneksi lainnya tanpa konfirmasi sebelumnya, sehingga suasana mulai mencair kembali, padahal semua orang sudah berargumen yang tidak tidak terhadap si bunglon itu, haha emang dasar politik kampus itu panas panas semriwing haha. tragedi kedua adalah lamu mati di akhir penutupan pemilu, suasana kala itu lumayan panik dan semua panitia langsung diinstruksikan untuk mengamankan pemilu secara serentak, lagi lagi muncul statement jahil lainnya, "jangan jangan ini sudah termasuk rencana penggagalan pemilu FEB, suasana menegang kembali, beberapa panitia mulai menelusuri penyebab mati lampu tersebut, mengkonfirmasi ke bagian sumber daya dan pada akhirnya mendapat informasi kalau lampu mati karena PLN, setelah diesel dinyalakan dan akhirnya lampu kembali nyala, beberapa panitia inti pemilu dipanggil untuk rapat dengan wakil dekan bagian kemahasiswaan dan selama itu pula pemilu diskorsing,, suasana meredah lagi dan pemilu dilaksanakan kembali, sampai pada akhirnya pemilu ditutup tepat pada pukul 21.00 dan 30 menit kemudian hasilnya diumumkan. si bunglon dengan perasaan yang campur aduk memberanikan diri untuk melihat pengumumannya, dan akhirnya pengumuman leader leader baru di FEB pun diumumkan, KAHIMA EP :ARI KAHIMA AK :RASYID, KAHIMA MNJ: FARID, KAHIMA EKIS : MUJYANTO ,BLM ada 11,BEMnya itu Rizal Rachmat Darmawan & Irfan Pratama,,
semangat daaah,,
uda deh,,, bye bunglooon :D hahahah

0 komentar: