Rumah pena, rumahnya kaum
cendekiawan aksara. Rumah pena atau
yang lebih kita kenal sebagai lembaga pers mahasiswa, dewasa ini taringnya
semakin tumpul, entah mulai kapan, entah dimulai dari siapa, atau entah
pentingkah ini semua. Sejatinya rumah pena adalah rumah kita semua, sebagai
kaum intelektual muda yang tuntutan zaman memaksa kita untuk menjadi leader of
change, seyogyanya kita menjawab tuntutan itu dengan langkah-langkah kongkret
yang kritis nan solutif, dimulai dari wilayah rumah kita yaitu rumah pena.
MASIH ADAKAH RUMAH PENA ??? pertanyaaan yang sering saya ajukan pada senior di
lingkungan kampong ekonomi dan bisnis UNAIR, akan tetapi pertanyaan itu tak
membuahkan sebuah jawaban indah nan mempesona sehingga jiwa kekurang puasaan
saya pun timbul, munculnya jiwa kekurang puasan itu membuat saya berkelana
dalam dunia hayal saya, menilik dari berbagai bilik di lingkungan yang “katanya” akademis membuahkan hasil
yang mengejutkan, ternyata eh ternyata rumah pena itu masih ada, di gedung GKM
lt 2 rumah pena itu berdiri kokoh dengan koleksi buku yang tertata rapih
sungguh rumah yang mewah, megah dan mempesona.
Petualangan
saya belum selesai, dunia hayal ini menuntun saya untuk lebih menelusuri
tentang rumah pena, setelah saya tahu ternyata rumah pena itu masih ada maka
munculah pertanyaan filosofis sederhana SIAPA
PENGHUNINYA ??? pertanyaan itupun memaksa saya untuk masuk kembali dalam
dunia fantasi ini, investigasi dilakukan, berbagai cercaan pertanyaan saya
ajukan sampai akhirnya munculah sebuah jawaban “LPPM SEKTOR” sebuah lembaga
pers dan penerbitan yang elit pada masanya,
Penghuni
rumah penapun sudah saya ketahui, apakah petualang ini berakhir ? tentunya
belum karena akal budi ini menginginkan hal yang lebih, saya ingin tahu SIAPA PEMILIK RUMAH PENA INI ??? akhir
akhir ini saya coba masuk dan bergabung grub LPPM SEKTOR, beberapa diskusi
ringan saya lakukan disini, dimulai dari apa saja tindakan penghuni rumah pena
sampai siapa sejatinya pemilik rumah pena ini, berbagai pernyataan dilontarkan
oleh anggota grup, sampai pada akhirnya sayapun menarik seutas benang merah,
dimana saya heran “katanya” rumah
pena, tapi mengapa tak ada goresan penapun disetiap sisi rumah ini, apa memang
by design semacam ini ?? atauu sang penghuni sudah mulai lelah dengan buruknya
rumah pena ini, memang sangat
memprihatinkan ketika rumah pena yang berpenghuni ini tak merasa DIMILIKI oleh sang penghuni, maka jangan salahkan
kalau rumah pena yang identik dengan goresan tinta tak kalian temui disini,
Wahay sang pemilik rumah pena segeralah kembali mari goreskan tinta perubahan,
tak sadarkah kau, kalaulah yang kami nanti selama -N tahun dari semenjak rumah
pena ini ada. Sang pemilik rumah ini adalah kaulah kaum “yang katanya” agen
perubahan, kaum “yang katanya” pemberi suri tauladan” tak hanya itu dukungan
dari keseluruhan warga kampong ekonomi sangat dibutuhkan dalam merangkai
kembali kepingan kepingan kejayaan rumah pena ini, Dosen, Karyawan dan
keseluruhan masyarakat ekonomi UNAIR sangat diharpkan dalam berkontribusi penuh
untuk memulai gerakan RUMAH PENA BANGKIT. Matilah kau, segera lakukan tindakan penyelatan untuk
rumah pena #SAVERUMAHPENA #RUMAHPENABANGKIT.
0 komentar: