Salam Pers Mahasiswa, Sebagai tindak lanjut dari divisi redaksi LPPM SEKTOR FEB UNAIR, maka saya mengundang Kader Muda SEKTOR untuk mengik...

RAPAT REDAKSI LPPM SEKTOR FEB UNAIR

Salam Pers Mahasiswa,

Sebagai tindak lanjut dari divisi redaksi LPPM SEKTOR FEB UNAIR, maka saya mengundang Kader Muda SEKTOR untuk mengikuti rapat redaksi yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 30 September di Sekretariat SEKTOR (GKM Lt 2), bagi yang belum melakukan interview bisa dilaksanakan setelah rapat redaksi berlangsung.

Diharapkan untuk seluruh kader muda sektor berpartisipasi dan berkontribusi pada rapat redaksi ini, sehingga apa yang telah dirumuskan dapat menghasilkan produk majalah yang berkualitas,

berikut lampiran untuk dipahami :

1. surat undangan dapat dilihat di


2. Agenda Rapat dapat dilihat di


3. Materi Rapat bisa dilihat dan dipelajari di


Terimakasi atas partisipasinya, silahkan lakukan konfirmasi kehadiran ke nomor 085655219379.
Salam Pers Mahasiswa

0 komentar:

Agrobisnis dan industri adalah dua hal yang saling melengkapi, dua hal yang seharusnya berjalan beriringan, untuk mengetahui lebih dalam ...

JURNAL ILMIAH SKEMA 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR


Agrobisnis dan industri adalah dua hal yang saling melengkapi, dua hal yang seharusnya berjalan beriringan, untuk mengetahui lebih dalam tim redaksi LPPM SEKTOR bekerja sama dengan tim Hima EP melalui acara Eccents 8 dan Acses lewat acara IEC (internal Essay Competition) mencoba untuk mengkaji pendapat mahasiswa terkait agrobisnis dan industri di indonesia.

Pada akhirnya ada beberapa hal yang menarik dan terkemas dalam jurnal ilmiah kali ini, tim redaksi mencoba menyuguhkan beberapa kajian ilmiah mahasiswa dari Universitas Airlangga dan Universitas Gajah Mada, untuk lebih lanjut, silahkan membaca- selamat menikmati :)

0 komentar:

Sebuah Pembuktian akan kerja keras dan dedikasi yang tinggi untuk almamater, kali ini redaksi LPPM SEKTOR FEB UNAIR menelurkan majalah se...

MAJALAH SEKTOR EDISI 1 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR


Sebuah Pembuktian akan kerja keras dan dedikasi yang tinggi untuk almamater, kali ini redaksi LPPM SEKTOR FEB UNAIR menelurkan majalah sektor edisi pertamanya di tahun 2015.

Mengangkat tentang upaya mengenali diri dan mengembangkan potensi, majalah sektor kali ini menyuguhkan bagi warga baru feb unair untuk mengenali diri dan beradaptasi dengan kehidupan kampus, majalah ini memberikan informasi terkait posisi mahasiswa, upaya pengembangan potensi akademis, organisatoris dan bisnis bagi mahasiswa, tidak luput juga ada profil bisnis dari mahasiswa feb unair, selain itu juga ujung dan simpul dari materi majalah kali ini adalah transkrip wawancara dengan mahasiswa berprestasi nasional dan jagoan feb unari, dengan judul artikel "SUKSES ALA MAWAPRES" menjadi penutup sekaligus ujung tiombak dari majalah sektor edisi pertama ini,untuk lebih lengkapnya, selamat mebaca :)

0 komentar:

Cukup melellahkan untuk bulan september ini, redaksi ditekan sampai batas terendah untuk menjalankan amanah, tuntutan untuk menghasilkan ...

BULETIN MARJINAL EDISI SEPTEMBER 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR


Cukup melellahkan untuk bulan september ini, redaksi ditekan sampai batas terendah untuk menjalankan amanah, tuntutan untuk menghasilkan majalah, jurnal ilmiah dan buletin menjadi sebuah amanah berat untuk kepengurusan kali ini, hanya syukur yang bisa diucapkan oleh segenap tim redaksi, akhirnya buletin akhir pada kepengurusan ini terselesaikan juga.

Niatan awal untuk menyelesaikan buletin sampai bulan Desember akhirnya urung karena birokrasi kampus yang mengharuskan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan mahasiswa sebelum tanggal 31 Oktober, mau atau tidak akhirnya beberapa program kerja redaksi di sederhanakan tanpa merusak makna yang ada.

Buletin akhir kali ini mengisahkan hari sarjana yang sudah terlupakan dan tidak populer lagi, bahkan sarjanapun tak tahu esensi dari sarjananya, aneh bukan, dari pada lama lama yuk silahkan membaca aja, semangat membaca-semangat berkarya :)


0 komentar:

Bulan agustus bulan kemerdekaan ??? benarkah itu, mahasiswa baru sudah merdeka??, mahasiswa itu kaum akademis, organisatoris apa kaum bisn...

BULETIN MARJINAL EDISI AGUSTUS 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR

Bulan agustus bulan kemerdekaan ??? benarkah itu, mahasiswa baru sudah merdeka??, mahasiswa itu kaum akademis, organisatoris apa kaum bisnis ?? ini semua akan diberikan penjelasan dalam artikel redaksi ini, dikupas dalam beberapa opini khas redaksi, selain itu buletin kali ini juga akan mengantarkan kedalam majalah sektor edisi pertama "kenali diri kembangkan potensi",, selamat membaca

0 komentar:

Tidak ada kata terlambat untuk berkarya, naik turun, pasang surut semangat untuk berkarya dalam pers ini membuat jiwa ini labil, sehingga ...

Buletin Marjinal Edisi Juli LPPM SEKTOR FEB UNAIR

Tidak ada kata terlambat untuk berkarya, naik turun, pasang surut semangat untuk berkarya dalam pers ini membuat jiwa ini labil, sehingga perlu renungan untuk membangkitkan semangat berkarya kembali, beberapa senior ditemui, beberapa wejangan diberikan, dan akhirnya untuk bulan juli ini diputuskan bulan kontemplasi bagi organisasi ini - perjalanan panjang dari 1986-2014 tidaklah singkat, proses lama yang akan terus menelurkan karya besar,

fighting is key to success now, soo let read and enjoy :)

0 komentar:

time to share, edisi juni kali ini mengkaji ujian dari perspektif yang luas, mulai dari mahasiswa sebagai subjeknya, dosen dan pihak akad...

Buletin Marjinal Edisi Juni 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR


time to share, edisi juni kali ini mengkaji ujian dari perspektif yang luas, mulai dari mahasiswa sebagai subjeknya, dosen dan pihak akademis sebagai decision makernya, selain itu juga mencoba mengkaji aspek lain seperti hasil temu ilmiah bem feb se jawa bali 2015, intinya seru deh buat dijadikan penghangat dahaga ilmu hehe,

langsung ajadeh, selamat membaca :)

0 komentar:

Pagi guys, kali ini gua akan share buletin lppm gua edisi mei, kali ini tampil n=dengan nuansa baru, kemasan booklet, d=tema utama buletin...

Buletin Marjinal Edisi Mei 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR

Pagi guys, kali ini gua akan share buletin lppm gua edisi mei, kali ini tampil n=dengan nuansa baru, kemasan booklet, d=tema utama buletin kali ini adalah BURUH, disajikan dengan mengambil sudut pandang mahasiswa dan buruh,

akankah buruh tetap menjadi klas dua dalam negara pemasok buruh, apakah kampus merupakan pabrik pemasok buruh intelektual, itu segelintir pertanyaan yang akan di bahas di buletin ini, sok langsung aja deh tengok buletin mei ini


0 komentar:

Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir, rakyat yang bebas berkarya adalah puncaknya - Sultan Sjahrir Kutipan itulah yang menjadikan LP...

Buletin Marjinal edisi April 2015 LPPM SEKTOR FEB UNAIR

Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir, rakyat yang bebas berkarya adalah puncaknya - Sultan Sjahrir

Kutipan itulah yang menjadikan LPPM sektor untuk tumbuh menjadi little giant dalam aspek informasi, edukasi, rekreasi, dan pengawasan dalam ruang lingkup fakultas dan kehidupan kampus,

Buletin april ini mengisahkan tntang sebuah kebangkitan, dimana hal ini tercermin dari covernya yaitu "tanda tanya merah" ini menunjukan keingin tahuan yang tinggi dari sektor untuk terus menerus skeptis dengan keadan dengan dijiwai kritis-objektif-informatif..

biar nggak lama-lama silahkan membaca, selamat menikmati :)

Memulai memang susah, menjalani itu tak mudah, karena semua serba tak sempurna maka tersenyumlah untuk membuat semua jadi indah -subkhi

0 komentar:

Semua ini dimulai dari kalimat inspiratif dari sjahrir “kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir, rakyat yang bebas berkarya adalah punca...

KULI TINTA SEKTOR : RUNTUHKAN DOMINASI “WUJUDKAN AKSELERASI DAN AKURASI 2015”

Semua ini dimulai dari kalimat inspiratif dari sjahrir “kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir, rakyat yang bebas berkarya adalah puncaknya”, kalimat inilah yang mendarah daging bagi sang kuli tinta ditengah terseok seoknya lembaga pers mahasiswa ini, baru baru ini regenerasi kuli tinta telah dilakukan, hanya komitmen kuat yang dibutuhkan untuk hidup dan terus hidup dalam lingkaran mahasiswa apatis yang jauh dari sikap sosialis.


Kuli tinta adalah sebutan bagi kami, motor utama penggerak kehidupan pers kampus, dengan goresan goresan tinta ini semua bermula, kami dituntut untuk memberikan sebuah perbaikan peradaban dengan dan tanpa ada intervensi dari siapapun, kami tetap memegang erat nilai “kritis objektif dan informatif” kami terus berkarya, meskipun terkadang putus asa  dan sia sia.

Berapa jumlah kuli tinta tahun ini ?? pertanyaan yang sedikit menyebalkan, seolah olah dengan banyak sedikitnya personil kuli tinta kita mampu bangkit, perlu diketahui kalau bukanlah angka angka yang kami tawarkan, tapi loyalitas dan produktivitas dari sang kuli itulah ujung tombak dari perjuangan ini. Kuli tinta SEKTOR yang berjumlah 16 tidak menyurutkan langkah sektor untuk bebas berkarya dalam resolusi 2015.

Resolusi sektor 2015 dengan tema besar “Revolusi Sektor : Runtuhkan Dominasi” merupakan arah yang akan ditujuh sang kuli tinta, revolusi sektor dari seluruh lini baik sumber daya kulinya, penelitian dan pengembangan, produksi dan pemasaran ataupun redaksinya, seluruh ruang ruang kecil dalam sektor dituntut untuk mensukseskan revolusi ini. Beberapa bentuk revolusi tiap bagian itu adalah :
1.      1.  Pengembangan sumber daya kuli : internalisasi nilai jurnalistik dan ekonomi yang dikemas dengan diskusi alam (kamping) nonton film, diskusi ruang, yang keseluruhannya diarahkan untuk menciptakan solidaritas dan loyalitas tanpa batas sang kuli.
2.       2.Penelitian dan pengembangan : riset riset sederhana akan dilakukan untuk mengkaji, menguji dan mengevaluasi kinerja baik internal kampus maupun eksternal kampus. Ngobrol pintar (Ngopi) jadi kegiatan utama dalam upaya riset sederhananya.
3.      3. Produksi dan pemasaran : intensifikasi dan ekstensifikasi usaha sektor digenjot dengan memperbanyak media partner atau media pendukung produk sektor, memperluas pemasaran keseluruh lembaga pers mahasiswa di seluruh Indonesia, sekaligus juga mempererat dengan media nasional dengan melakukan kunjungan sektor ke media nasional.
4.       4.Redaksi : Optimalisasi wadah untuk menghimpun dan menyalurkan bakat minat jurnalistik pada mahasiswa FEB UNAIR, pengembangan produk redaksi dalam program baru sektor (Koran sektor, Sektor TV, S Adv / Pengiklanan sektor), peningkatan jumlah oplah disetiap produk sektor, sekaligus juga melakukan segmenting dan targeting produk redaksi,

Itu hanya sebagian kecil dari bentuk revolusi sektor di tahun 2015. Secara sederhana revolusi itu diarahkan untuk “runtuhkan dominasi”, hal ini dikarenakan sektor ingin membuat sebuah hal baru tentang masyarakat ilmiah yang lebih beradab, sektor berupaya meruntuhkan dominasi sikap apatis, konsumtif, sophaholic, hedonism, matrealistis, kapitalis, liberalis pada mahasiswa.
Untuk menunjuang upaya “Runtuhakan Dominasi” maka strategi khusus yang diolakukan sektor adalah akselerasi dan akurasi, sebuah aksinyata untuk melakukan percepatan kinerja dengan tetap mempertimbangkan keakuratan sasaran perubahan. Dewasa ini akselerasi dan akurasi wajib dilakukan oleh setiap organisasi, tanpa akurasi dan akselerasi maka organisasi itu akan semakin lambat dan bahkan akan hancur oleh seleksi alam, sektor berupaya menciptakan dan melakukan budaya “CEPAT TEPAT ADALAH CERMINAN ORGANISASI HEBAT”.

Keutamaan dalam upaya akselerasi dan akurasi ini diutamakan kepada sang kuli tinta sektor, kuli ini memegang amanah untuk mendarah daragingkan nilai cepat tepat serta mengamalkannya dalam aksi nyata.

Diawali degan Tanya (?) dan diakhiri dengan koma (,) merupakan latar belakang sektor untuk secara sustainable berjuang dan berjuang, sektor sadar bahwa sektor lahir dari sebuah pertanyaan akan kebutuhan bacaan mahasiswa dan sektorpun berupaya keras untuk menyediakan kebutuhan tersebut ( kebutuhan informasi, edukasi, rekreasi dan control /korelasi ), setelah kebutuhan bacaan itu sudah terpenuhi maka tugas sektor masih belum selesai karena semua ini akan terus berkelanjutan sehingga tidak ada titik akhir dari sektor, yang ada hanyalah tanda jeda berupa koma dalam perjuangan sang kuli tinta sektor !!!

Sekali lagi dimualai dari kutiopan hebat sjahri maka akan dilanjutkan pula dengan kutipa hebat dari sukarno “Apabila masih ada rasa malu dan takut pada diri seseorang untuk melakukan kebaikan, maka jaminan bagi orang itu adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selanhkahpun” dari kutipan ini kuli tinta sektor semakin berani untuk berkarya yang lebih luar biasa, kuli tinta bersikapindependeng dengan landasan berjalan menuju kebenaran,


Hidup mahasiswa, hidup pers Indonesia !!!

0 komentar:

Pernyataan “UAS adalah cari kami menyambut Tahun Baru” menjadi tranding topic dalam media social akhir akhir ini. Kata sambutan identik den...

Untuk APA UAS !!! (mengevaluasi media evaluasi)

Pernyataan “UAS adalah cari kami menyambut Tahun Baru” menjadi tranding topic dalam media social akhir akhir ini. Kata sambutan identik dengan sebuah kenikmatan akan tetapi benarkah ujian ini sebuah kenikmatan atau sebaliknya. Sebagai salah satu bentuk evaluasi perkuliahan, ujian memang perlu dilakukan oleh kaum akademisi, namun apakah semacam ini ???, beberapa hari lalu diskusi ringan telah dilakukan untuk mengkaji efektifitas ujian ini, munculah sebuah konsepsi menarik mengenai materi ini. Disadari atau tidak kita sudah hampir 12 tahun menjalankan ujian ini, dari sekolah dasar sampai bangku perkuliahan pun kita masih merasakan aroma evaluasi konvensional (UAS) ini, entah aroma kenikmatan atau siksaan. Memang upaya mengevaluasi media evaluasi (UAS) ini tak selayaknya dilakukan oleh penulis yang sejatinya masih baru baru ini menginjakan kaki di dunia kampus, tapi tak perlu khawatir akan validasi dan kredibilitas argument yang ada, karena penulis juga mengandeng beberapa angkatan atas dari berbagai jurusan untuk mengkaji efektifitas ujian ini.
Tak hanya diskusi ringan yang dilakukan untuk mengkaji efektifitas ujian ini, penulis juga melakukan interview sederhana yang mendalam kepada beberapa mahasiswa pilihan. Secara umum mahasiswa tidak menolak adanya UAS, karena ini merupakan salah satu media evaluasi proses belajar kita, dimana kita bisa mengetahui seberapa jauh pemahaman kita akan ilmu ilmu tersebut. Akan tetapi sudahkah UAS sesuai dengan hakikatnya (media evaluasi) ?, perlu diketahui bahwasannya tidak sedikit mahasiswa yang dewasa ini memiliki pemahaman bahwa UAS hanyalah media penentu hasil belajar, dimana mahasiswa tahu kalau prosentase nilai dari UAS sangat tinggi sehingga mereka harus susah payah, banting tulang, kerja rodi untuk mendapatkan hasil IPK yang baik, oleh karena itu UASpun dijadikan media tolak ukur untuk menentukan “saya lulus atau mengulang”. Seolah olah UAS adalah sebuah hal sakral yang ketika ditinggal maka kita akan mendapatkan dosa besar. Mungkin pembaca akan menuduh penulis melakukan skenario tulisan, dimana seolah olah argument yang ada adalah argument negative tentang UAS yang notabennya itu adalah argument dari mahasiswa yang bodoh dan benci ujian, tapi perlu diketahui oleh pembaca, bahwa mahasiswa pilihan itu diantaranya adalah mahasiswa yang pernah menjadi mahasiswa berprestasi FEB, sehingga tulisan ini bukan scenario, tapi tulisan nyata dari hati para mahasiswa.
Ketika mindset “Penentu Hasil Belajar” sudah melekat pada mahasiswa yang akan menghadapi UAS maka merekapun secara otomatis merasa bahwa UAS adalah Dewanya nilai dan hal ini akan memunculkan argument menarik yaitu “Lebih baik Kuliah langsung UAS” dan “nggak UAS ya Nggak belajar”  apa benar semacam itu ?  tidak !,  sebagai kaum intelektual muda kita layaknya melihat sesuatu dari bagaimana cara kita memperolehnya (Proses Oriented) bukan apa yang kita peroleh (Result Oriented), oleh karena itu pola pikir semacam itu selayaknya diperbaiki karena “Mahasiswa Agen Perbaikan bukan Agen Perubahan” sehingga mahasiswa haruslah memperbaiki bukan mengubah, karena perubahan tak pasti berujung pada perbaikan..
Setelah melihat realita bahwa UAS merupakan penentu hasil belajar maka disadari atau tidak mahasiswa setiap kali menghadapi evaluasi tengah tahunan ini selalu merasa cemas, gelisah dan tak ada perasaan bahagia yang tercermin di raut wajah meraka, ironi bukan. Selama ini ujian dianggap sebagai beban hidup, dan ketika ujian itu dilakukan setiap satu semester sekali maka otomatis beban hidup itupun akan menunpuk menjadi satu beban yang besar yang pada akhirnya akan menjadi sebuah siksaan. Beda lagi kalau beban hidup itu dibagi menjadi bagian kecil, misalnya saja pelaksanaan ujian dilakukan per bab sehingga materi yang kita terima masih segar dan tidak bertumpuk tumpuk dengan materi lainnya dan UAS dihapus, itupun bukan solusinya.
Dari SD sampai kuliah kita melaksanakan UAS, sudahkah kalian tahu apa output (hasil) dan tindak lanjut dari UAS itu ? selama ini kita terkesan menganggap nilai ujian adalah output dari UAS, pemahaman yang semacam inilah  yang membuat jadi diri UAS sebagai medi evaluasi  hilang dan berganti menjadi media penentu nilai. Nilai nilai implisit yang terkandung dari hasil evaluasi ini adalah : munculnya sikap rajin belajar, belajar bareng, dan semangat yang tiada tara, tapi semua itu hanya bersifat semu atau sesaat aja, setelah ujian selesai geliat untuk rajin belajar dan belajar bareng serta semangat yang membara itupun perlahan lahan pudar. Beda lagi dengan nilai IPK, nilai IPK hasil UAS akan tetap ada bahkan dijadikan sebagai media eksistensi oleh beberapa mahasiswa, IPK ini merupakan output yang bernilai abadi bagi seluruh atau sebagian mahasiswa.
Fenomena output UAS yang semacam itu, membuat resah akan arah masa depan evaluasi setengah tahunan ini, bagaimana dan apasih harapan akan UAS ini ?. Selama UAS berbentuk soal yang memicu kita untuk mengorientasikan pemahaman yang 11-12 dengan buku maka selama itu daya kreasi kita terpenggal, sehingga kita akan menjadi bangsa yang mau nggak mau nurut sama buku yang itu terkadang uda out update. Selain itu prosentase nilai UAS perlu diatur ulang agar UAS tidak menjadi indikator mutlak dalam penentuan nilai, sebagai bahan pertimbangan untuk penentu kebijakan, UAS bisa berbentuk dengan produk produk riil hasil olah pikir dari teori yang didapat, mungkin hal ini juga sudah dilakukan oleh matakuliah pada departemen manajemen tapi masih belum dilakukan di seluruh matakuliah yang ada di fakultas ini, tidak ada kata tidak mungkin dalam menjadikan UAS produk riil sebagai indikator evaluasi di seluruh mata kuliah. Seenggak enggaknya kita bisa membuat hasil dokumentasi yang dikemas dalam bentuk video yang menjabarkan kondisi teori di buku dengan realita kehidupan di masyarakat, mungkin hal itu lebih menarik dibandingkan dengan mengerjakan soal selama 90 menit diruangan ber AC, memang suhunya digin tapi otak ini panas juga bung, hehe just kidding. Setelah UAS produk riil ini dijalankan maka mahasiswa akan berorientasi proses dari pada hasil, mereka akan mengeksplor daya kreasinya dan yang paling utama mereka sudah melupakan UAS sebagai beban hidup, mereka sudah mengnggap UAS adalah sebuah kenikmatan jiwa yang abadi.
 Mengutip dari pernyataan salah satu mahasiswa berpengaruh di FEB yaitu kang imam “Evaluasi pelaksanaan UAS perlu dilakukan agar UAS tidak hanya sebagai formalitas” saya sependapat dengan beliau, memang dewasa ini UAS perlu dievaluasi dengan kajian mendalam yang melibatkan peran serta mahasiswa dan mahaguru sehingga muncullah kesepakatan bersama mengenai evaluasi setengah tahunan ini. Tulisan ini bukan propaganda untuk menolak UAS atau hal hal lain yang bernuansa negative akan kehidupan akademik kampus, tulisan ini merupakan tulisan awal yang dimaksudkan agar mahasiswa mampu menjadikan UAS sebagai MEDIA EVALUASI BUKAN MEDIA PENENTUAN NILAI AKADEMISI !!!.

Hanyalah tuhan yang tak pernah salah, maka saya yang hanya sebagai hambaNYA jelaslah punya salah!!
Kritik dan saran sangat dibuthkan dalam memperbaiki kaidah penulisan dan kontain (isi) bacaan, informasi lebih lanjut bisa menghubungi secretariat LPPM SEKTOR GKM lt 2 FEB UNAIR.


HIDUP HIDUPKAN KEMBALI KEJAYAAN PERS MAHASISWA ! BANGKITLAH WAHAI SANG PEMUKA KEBENARAN TAK PANDANG JABATAN  !!!

0 komentar:

Rumah pena, rumahnya kaum cendekiawan aksara. Rumah pena atau yang lebih kita kenal sebagai lembaga pers mahasiswa, dewasa ini taringnya se...

SIAPA PEMILIK RUMAH PENA INI ???

Rumah pena, rumahnya kaum cendekiawan aksara. Rumah pena atau yang lebih kita kenal sebagai lembaga pers mahasiswa, dewasa ini taringnya semakin tumpul, entah mulai kapan, entah dimulai dari siapa, atau entah pentingkah ini semua. Sejatinya rumah pena adalah rumah kita semua, sebagai kaum intelektual muda yang tuntutan zaman memaksa kita untuk menjadi leader of change, seyogyanya kita menjawab tuntutan itu dengan langkah-langkah kongkret yang kritis nan solutif, dimulai dari wilayah rumah kita yaitu rumah pena.
MASIH ADAKAH RUMAH PENA ??? pertanyaaan yang sering saya ajukan pada senior di lingkungan kampong ekonomi dan bisnis UNAIR, akan tetapi pertanyaan itu tak membuahkan sebuah jawaban indah nan mempesona sehingga jiwa kekurang puasaan saya pun timbul, munculnya jiwa kekurang puasan itu membuat saya berkelana dalam dunia hayal saya, menilik dari berbagai bilik di lingkungan yang “katanya” akademis membuahkan hasil yang mengejutkan, ternyata eh ternyata rumah pena itu masih ada, di gedung GKM lt 2 rumah pena itu berdiri kokoh dengan koleksi buku yang tertata rapih sungguh rumah yang mewah, megah dan mempesona.
Petualangan saya belum selesai, dunia hayal ini menuntun saya untuk lebih menelusuri tentang rumah pena, setelah saya tahu ternyata rumah pena itu masih ada maka munculah pertanyaan filosofis sederhana SIAPA PENGHUNINYA ??? pertanyaan itupun memaksa saya untuk masuk kembali dalam dunia fantasi ini, investigasi dilakukan, berbagai cercaan pertanyaan saya ajukan sampai akhirnya munculah sebuah jawaban “LPPM SEKTOR” sebuah lembaga pers dan penerbitan yang elit pada masanya,

Penghuni rumah penapun sudah saya ketahui, apakah petualang ini berakhir ? tentunya belum karena akal budi ini menginginkan hal yang lebih, saya ingin tahu SIAPA PEMILIK RUMAH PENA INI ???  akhir akhir ini saya coba masuk dan bergabung grub LPPM SEKTOR, beberapa diskusi ringan saya lakukan disini, dimulai dari apa saja tindakan penghuni rumah pena sampai siapa sejatinya pemilik rumah pena ini, berbagai pernyataan dilontarkan oleh anggota grup, sampai pada akhirnya sayapun menarik seutas benang merah, dimana saya heran “katanya” rumah pena, tapi mengapa tak ada goresan penapun disetiap sisi rumah ini, apa memang by design semacam ini ?? atauu sang penghuni sudah mulai lelah dengan buruknya rumah pena ini, memang sangat memprihatinkan ketika rumah pena yang berpenghuni ini tak merasa DIMILIKI  oleh sang penghuni, maka jangan salahkan kalau rumah pena yang identik dengan goresan tinta tak kalian temui disini, Wahay sang pemilik rumah pena segeralah kembali mari goreskan tinta perubahan, tak sadarkah kau, kalaulah yang kami nanti selama -N tahun dari semenjak rumah pena ini ada. Sang pemilik rumah ini adalah kaulah kaum “yang katanya” agen perubahan, kaum “yang katanya” pemberi suri tauladan” tak hanya itu dukungan dari keseluruhan warga kampong ekonomi sangat dibutuhkan dalam merangkai kembali kepingan kepingan kejayaan rumah pena ini, Dosen, Karyawan dan keseluruhan masyarakat ekonomi UNAIR sangat diharpkan dalam berkontribusi penuh untuk memulai gerakan  RUMAH PENA BANGKIT. Matilah kau,  segera lakukan tindakan penyelatan untuk rumah pena #SAVERUMAHPENA #RUMAHPENABANGKIT.

0 komentar: