Salah satu Indikator tercapai tidaknya sila ke lima ( Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) adalah sudah meratakah tingkat eko...

PERENCANAAN DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN EKONOMI : DILEMA DISPARITAS PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH FEB UNAIR 2015


Salah satu Indikator tercapai tidaknya sila ke lima ( Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) adalah sudah meratakah tingkat ekonomi masyarakat indonesia (tingkat pendapatan dan kesejahteraan), dalam momentum hari buruh pada 1 Mei kemarin, maka perlulah kita mengkaji ulang terkait dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan pada pegawai terkhusus pada wilayah FEB UNAIR. Beberapa point penting untuk dikaji adalah apa makna pemerataan pendapatan dan kesejahteraan bagi seorang pegawai ?bagaimana solusi untuk menciptakan pemerataan pegawai di wilayah FEB UNAIR ? terlalu jauh ketika kita mencoba untuk mengkaji disparitas pendapatan  pegawai di indonesia namun di ruang lingkup fakultas saendiri tidak kita kaji dan tak juga kita beri solusi.

Hari raya buruh yang diperingati setiap 1 mei seolah olah menjadi stimulan bagi buruh untuk terlahir kembali menjadi manusia yang lebih hebat dari sebelumnya, sering kali May Day ( hari buruh) di seluruh dunia diperingati dengan mengaspirasikan tuntutan mereka (upah tinggi, jaminan tenaga kerja,dan lain sebagainya), tuntutan mereka mengarah pada satu kata yaitu “kesejahteraan”, buruh juga ingin sejahtera, buruh bukan robot yang tak punya perasaan, mereka juga punya kehidupan yang butuh untuk dihidupi. Sejahtera memang hal yang sulit untuk dihitung dan bersifat relatif, tapi setidaknya ikatornya, yang secara garis besar indikator tersebut berupa indikator ekonomi dan fasilitas. Kesejahteraan menjadi sangat menarik untuk dibahas pada hari raya buruh tahun ini, secara sederhana pertanyaan yang muncul pertama kali terkait dengan kesejahteraan buruh adalah “sudah sejahterakah pegawai FEB UNAIR?”.

Pegawai FEB UNAIR terbagi menjadi 4 kelompok yaitu pegawai negeri sipil / PNS (pegawai yang berasal dari pemerintah dan digaji oleh pemerintah, biasanya PNS bekerja dalam posisi dosen dan bagian akademik lainnya), pegawai honorer universitas (pegawai yang berasal dan digaji oleh Universitas Airlangga, biasanya di posisi petugas Ruang baca fakultas dan petugas kelas), pegawai outsourcing (pegawai yang berasal dari perusahaan penyalur tenaga kerja, berada di posisi petugas kebersihan ) dan pegawai lain-lain (pegawai yang berasal dari luar, berada di posisi pegawai ikafe,kopmep), keempat kategori tersebut terkelompok berdasarkan sumber pegawainya. Dari ke 4 kategori tersebut kita akan uraikan satu persatu tingkat kesejahteraan mereka dari indikator ekonomis dan fasilitas penunjangnya (Referensi dari buku manajemen sumber daya manusia àhttps://arozieleroy. wordpress.com/2010/07/12/kesejahteraan-karyawan/).

Tim litbang lppm sektor melakukan riset sederhana terkait kesejahteraan buruh di FEB UNAIR, dengan 22 narasumber dari pegawai yang dilakukan secara random dengan indicator pertanyaan 1. Indikator ekonomi ((upah dan tunjangan (makan, transportasi, pakaian, kesehatan, bonus kerja, keselamatan kerja, hari raya, pelatihan dan hiburan)) dan 2. Indikator kenyamanan fasilitas ( tempat ibadah, kafetaria, tempat olahraga, koperasi karyawan, ruang seni, ruang pendidikan, izin dan cuti, kesehatan dan asuransi, serta bantuan hukum).

Dari sudut pandang indikator ekonomi maka dari keempat kategori pegawai tersebut masih belum dapat dikatakan sejahtera karena 90.9% pendapatan nominal mereka dibawah UMK kota Surabaya (Rp 2.710.000) yaitu masing masing 36.4% ada pada kisaran Rp 500.000 - Rp 1.000.000 dan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000, mayoritas yang berpendapatan diatas UMK hanya PNS, buruh honorer secara nominal masih belum diatas UMK namun dikarenakan besarnya tunjangan professi yang ada maka secara riil pendapatan mereka rata-rata sudah diatas Rp 3.000.000, sedangkan outsourcing baik secara riil maupun nominal pendapatan mereka masih dibawah UMK (rata-rata Rp 900.000) karena tunjangan profesi mereka juga sangat sedikit hal ini sangat miris karena meskipun kerja mereka sangat keras tapi mereka memiliki gaji yang lebih rendah dari pegawai pegawai lainnya, dan mereka juga tidak mendapatkan tunjangan makan, transportasi sekaligus juga dengan tunjangan kesehatan dan keselamtan yang vitalpun mereka juga tidak mendapatkannya.

Dari data disamping maka kita tahu bahwa beberapa tunjangan masih ada yang belum ada dan belum juga diotimalkan, kebanyakan pegawai tidak menerima tunjangan hiburan sekedar untuk nonton dibioskop atau rekreasi ke tempat wisata dengan keluarga, selama ini tunjangan pakaian masih belum ada, dan pada tahun ini dianggarkan untuk seragam bagi pegawai FEB UNAIR, secara mendasar kesejahteraan pegawai FEB masih mengalami kesenjangan antara pegawai dari pemerintah, universitas dengan pegawai outsourcing,


Aspek selanjutnya terkait kenyamanan fasilitas kerja, sebagai salah satu faktor pendukung peningkatan kinerja maka hal ini sangat penting untuk diperhatikan, hasil dari analisis kondisi fasilitas kerja pegawai FEB adalah sebagai beriku : fasilitas tempat ibadah hanya ada untuk tempat ibadah umat islam, tapi untuk umat agama lain masih belum ada, dan 77,3% narasumber menyatakan bahwa kondisi tempat ibadah buruk karena ketika hujan sering bocor selain itu musholah yang di wilayah FEB sudah dibongkar, failitas kantin atau kafetaria diwilayah Feb selama ini kebutuhan paara pegawai masih bisa dipenuhi oleh kantin dan kondisi yang lumayan membuat pegawai lumayan menikmatinya, tempat olahraga masih lumayan meskipun pegawai sendiri sangat jarang merasakan manfat dari ruangan ini,mereka terlalu serius dan fokus dengan pekerjaannya sehingga jarang menggunakan fasilitas ini, fasilitas ruang seni tidak ada di FEB beberapa narasumber menggap ini perlu karena di FEB terlalu kaku sehingga dibutuhkan ruang relaksasi untuk mencurahkan kepenatan seperti ruang seni dan galeri pameran sebagai bentuk rekreasi di FEB,  untuk mendukung pemenuhan kebutuhan secara mandiri dan peningkatan tingkat kesejahteraan maka di FEB ada fasilitas koperasi karyawan, koperasi karyawan yang bergerak dalam pemenuhan kebutuhan percetakan(fotokopi) dan kantin(makanan dan minuman), fasilitas izin dan cuti sudah cukup baik, fasilitas kesehatan dan asuransi untuk pegawai sudah di handle oleh BPJS, lainnya tidak ada, fasilitas yang terkadang sepele tapi suatu saat akan dibutuhkan namun di FEB masih belum ada adalah fasilitas Bantuan hukum untuk pegawai, jadi ketika pegawai terkena masalah hukum maka secara otomatis akan dibantu oleh pengacara dan ini masih belum ada. Secara garis besar kejehateraan dari sudut pandang fasilitas itu masih kurang, karena beberapa fasilitas masih belum ada dan fasilitas yang ada masih belum optimal.
Dari hasil sederhana terkait dari 2 aspek diatas maka akan menimbulkan pengaruhyang perlu untuk ditindak lanjuti, seperti halnya pada aspek ekonomi hampir dimana mayoritas narasumber masih belum mendapatkan tunjangan hiburan, keselamatan kerja, pakaian dan pelatihan yang berkelanjutan maka hal ini perlu untuk diadakan pada tahun yang akan mendatang, selain itu juga dari aspek fasilitas perlu diadakan dan dioptimalkan, fasilitas olahraga perlu dioptimalkan misalnya saja dengan senam pagi bareng agar pegawai FEB memiliki jiwa dan pikiran yang sehat karena sering olahraga ,  sebaiknya pihak kepegawaian universitas juga memfasilitasi dengan asuransi kesehatan UNAIR (melalui RS UNAIR atau PLK) yang diberikan keseluruh pegawai termasuk juga outsourcing sehingga kesehatan mereka terjamin, dan tak lupa perlunya diadakannya fasiitas ruang seni dan bantuan hukum agar ekonomi bisa berasa satra sehingga hidup lebih berwarna, selain itu bantuan hukum perlu agar pegawai feb bisa berjalan bebas bertanggung jawab tanpa takut adanya intervensi karena sudah memiliki fasilitas bantuan hukum.


Terkait dengan  disparitas kesejahteraan antara pegawai negeri sipil dan pegawai outsourcing maka  tim sektor mencoba untuk menulusuri secara jelas melalui wawancara secara mendalam kepada salah satu pegawai outsourcing, menurut pemaparan pegawai tersebut dengan pendapatan Rp 1.000.000 dan tanggungan keluarga 4, dengan beban listrik dan air serta kebutuhan primer lainnya beliau masih  mampu dan cukup untuk menjalani kehidupan sehari harinya, bahkan beliau masih mampu untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk kebutuhan pendidikan anaknya, beliau yang berprofesi menjadi petugas kebersihan sejak SMP ini mengaku dengan adanya outsourcing merasa terbantu karena sangat mudah untuk bekerja (persyaratannya tidak ribet). Hal itu semua tak epas juga peran istri untuk menambah pendapatan (membuka warung dan les lesan) dan mengurangi beban (pulsa 1 bulan Rp 10.000) semua berorientasi dengan gaya hidup sederhana. Memang seharusnya kesejahteraan tidak hanya diukur seberapa banyak pendapatan yang diterima tapi diukur juga seberapa besar kebahagiaan yang didapat ( kunci sejahtera adalah bersyukur). (subkhi) 

0 komentar: