Salah satu Indikator tercapai tidaknya
sila ke lima ( Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) adalah sudah
meratakah tingkat ekonomi masyarakat indonesia (tingkat pendapatan dan
kesejahteraan), dalam momentum hari buruh pada 1 Mei kemarin, maka perlulah
kita mengkaji ulang terkait dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan pada
pegawai terkhusus pada wilayah FEB UNAIR. Beberapa point penting untuk dikaji
adalah apa makna pemerataan pendapatan dan kesejahteraan bagi seorang pegawai
?bagaimana solusi untuk menciptakan pemerataan pegawai di wilayah FEB UNAIR ?
terlalu jauh ketika kita mencoba untuk mengkaji disparitas pendapatan pegawai di indonesia namun di ruang lingkup
fakultas saendiri tidak kita kaji dan tak juga kita beri solusi.
Hari raya
buruh yang diperingati setiap 1 mei seolah olah menjadi stimulan bagi buruh
untuk terlahir kembali menjadi manusia yang lebih hebat dari sebelumnya, sering
kali May Day ( hari buruh) di seluruh dunia diperingati dengan mengaspirasikan
tuntutan mereka (upah tinggi, jaminan tenaga kerja,dan lain sebagainya),
tuntutan mereka mengarah pada satu kata yaitu “kesejahteraan”, buruh juga ingin
sejahtera, buruh bukan robot yang tak punya perasaan, mereka juga punya
kehidupan yang butuh untuk dihidupi. Sejahtera memang hal yang sulit untuk dihitung
dan bersifat relatif, tapi setidaknya ikatornya, yang secara garis besar
indikator tersebut berupa indikator ekonomi dan fasilitas. Kesejahteraan
menjadi sangat menarik untuk dibahas pada hari raya buruh tahun ini, secara
sederhana pertanyaan yang muncul pertama kali terkait dengan kesejahteraan
buruh adalah “sudah sejahterakah pegawai FEB UNAIR?”.
Pegawai FEB
UNAIR terbagi menjadi 4 kelompok yaitu pegawai negeri sipil / PNS (pegawai yang
berasal dari pemerintah dan digaji oleh pemerintah, biasanya PNS bekerja dalam
posisi dosen dan bagian akademik lainnya), pegawai honorer universitas (pegawai
yang berasal dan digaji oleh Universitas Airlangga, biasanya di posisi petugas
Ruang baca fakultas dan petugas kelas), pegawai outsourcing (pegawai yang berasal dari perusahaan penyalur tenaga kerja,
berada di posisi petugas kebersihan ) dan pegawai lain-lain (pegawai yang
berasal dari luar, berada di posisi pegawai ikafe,kopmep), keempat kategori tersebut terkelompok berdasarkan sumber
pegawainya. Dari ke 4 kategori tersebut kita akan uraikan satu
persatu tingkat kesejahteraan mereka dari indikator ekonomis dan fasilitas
penunjangnya (Referensi
dari buku manajemen sumber daya manusia àhttps://arozieleroy.
wordpress.com/2010/07/12/kesejahteraan-karyawan/).
Tim litbang lppm sektor melakukan riset
sederhana terkait kesejahteraan buruh di FEB UNAIR, dengan 22 narasumber dari
pegawai yang dilakukan secara random dengan indicator pertanyaan 1. Indikator ekonomi ((upah dan
tunjangan (makan, transportasi, pakaian, kesehatan, bonus kerja, keselamatan
kerja, hari raya, pelatihan dan hiburan)) dan 2. Indikator kenyamanan fasilitas
( tempat ibadah, kafetaria, tempat olahraga, koperasi karyawan, ruang seni,
ruang pendidikan, izin dan cuti, kesehatan dan asuransi, serta bantuan hukum).
Dari sudut pandang indikator ekonomi maka dari keempat kategori pegawai
tersebut masih belum dapat dikatakan sejahtera karena 90.9% pendapatan nominal
mereka dibawah UMK kota Surabaya (Rp 2.710.000) yaitu masing masing 36.4% ada
pada kisaran Rp 500.000 - Rp 1.000.000 dan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000,
mayoritas yang berpendapatan diatas UMK hanya PNS, buruh honorer secara nominal
masih belum diatas UMK namun dikarenakan besarnya tunjangan professi yang ada
maka secara riil pendapatan mereka rata-rata sudah diatas Rp 3.000.000,
sedangkan outsourcing baik secara riil maupun nominal pendapatan mereka masih
dibawah UMK (rata-rata Rp 900.000) karena tunjangan profesi mereka juga sangat
sedikit hal ini sangat miris karena meskipun kerja mereka sangat keras tapi
mereka memiliki gaji yang lebih rendah dari pegawai pegawai lainnya, dan mereka
juga tidak mendapatkan tunjangan makan, transportasi sekaligus juga dengan
tunjangan kesehatan dan keselamtan yang vitalpun mereka juga tidak
mendapatkannya.
Dari data disamping maka kita tahu bahwa beberapa tunjangan masih ada yang
belum ada dan belum juga diotimalkan, kebanyakan pegawai tidak menerima
tunjangan hiburan sekedar untuk nonton dibioskop atau rekreasi ke tempat wisata
dengan keluarga, selama ini tunjangan pakaian masih belum ada, dan pada tahun
ini dianggarkan untuk seragam bagi pegawai FEB UNAIR, secara mendasar
kesejahteraan pegawai FEB masih mengalami kesenjangan antara pegawai dari
pemerintah, universitas dengan pegawai outsourcing,
Aspek selanjutnya terkait
kenyamanan fasilitas kerja, sebagai salah satu faktor pendukung peningkatan
kinerja maka hal ini sangat penting untuk diperhatikan, hasil dari analisis
kondisi fasilitas kerja pegawai FEB adalah sebagai beriku : fasilitas tempat ibadah hanya ada untuk
tempat ibadah umat islam, tapi untuk umat agama lain masih belum ada, dan 77,3%
narasumber menyatakan bahwa kondisi tempat ibadah buruk karena ketika hujan
sering bocor selain itu musholah yang di wilayah FEB sudah dibongkar, failitas kantin atau kafetaria
diwilayah Feb selama ini kebutuhan paara pegawai masih bisa dipenuhi oleh
kantin dan kondisi yang lumayan membuat pegawai lumayan menikmatinya, tempat olahraga masih lumayan meskipun
pegawai sendiri sangat jarang merasakan manfat dari ruangan ini,mereka terlalu
serius dan fokus dengan pekerjaannya sehingga jarang menggunakan fasilitas ini,
fasilitas ruang seni tidak ada di
FEB beberapa narasumber menggap ini perlu karena di FEB terlalu kaku sehingga
dibutuhkan ruang relaksasi untuk mencurahkan kepenatan seperti ruang seni dan
galeri pameran sebagai bentuk rekreasi di FEB,
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan secara mandiri dan peningkatan
tingkat kesejahteraan maka di FEB ada fasilitas
koperasi karyawan, koperasi karyawan yang bergerak dalam pemenuhan
kebutuhan percetakan(fotokopi) dan kantin(makanan dan minuman), fasilitas izin dan cuti sudah cukup
baik, fasilitas kesehatan dan asuransi
untuk pegawai sudah di handle oleh BPJS, lainnya tidak ada, fasilitas yang
terkadang sepele tapi suatu saat akan dibutuhkan namun di FEB masih belum ada
adalah fasilitas Bantuan hukum untuk
pegawai, jadi ketika pegawai terkena masalah hukum maka secara otomatis akan
dibantu oleh pengacara dan ini masih belum ada. Secara garis besar kejehateraan
dari sudut pandang fasilitas itu masih kurang, karena beberapa fasilitas masih
belum ada dan fasilitas yang ada masih belum optimal.
Dari hasil sederhana terkait dari 2 aspek diatas
maka akan menimbulkan pengaruhyang perlu untuk ditindak lanjuti, seperti halnya
pada aspek ekonomi hampir dimana mayoritas narasumber masih belum mendapatkan
tunjangan hiburan, keselamatan kerja, pakaian dan pelatihan yang berkelanjutan
maka hal ini perlu untuk diadakan pada tahun yang akan mendatang, selain itu
juga dari aspek fasilitas perlu diadakan dan dioptimalkan, fasilitas olahraga
perlu dioptimalkan misalnya saja dengan senam pagi bareng agar pegawai FEB
memiliki jiwa dan pikiran yang sehat karena sering olahraga , sebaiknya pihak kepegawaian universitas juga
memfasilitasi dengan asuransi kesehatan UNAIR (melalui RS UNAIR atau PLK) yang
diberikan keseluruh pegawai termasuk juga outsourcing sehingga kesehatan mereka
terjamin, dan tak lupa perlunya diadakannya fasiitas ruang seni dan bantuan hukum
agar ekonomi bisa berasa satra sehingga hidup lebih berwarna, selain itu
bantuan hukum perlu agar pegawai feb bisa berjalan bebas bertanggung jawab
tanpa takut adanya intervensi karena sudah memiliki fasilitas bantuan hukum.
Terkait dengan
disparitas kesejahteraan antara pegawai negeri sipil dan pegawai
outsourcing maka tim sektor mencoba
untuk menulusuri secara jelas melalui wawancara secara mendalam kepada salah
satu pegawai outsourcing, menurut pemaparan pegawai tersebut dengan pendapatan
Rp 1.000.000 dan tanggungan keluarga 4, dengan beban listrik dan air serta
kebutuhan primer lainnya beliau masih
mampu dan cukup untuk menjalani kehidupan sehari harinya, bahkan beliau
masih mampu untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk kebutuhan pendidikan
anaknya, beliau yang berprofesi menjadi petugas kebersihan sejak SMP ini
mengaku dengan adanya outsourcing merasa terbantu karena sangat mudah untuk
bekerja (persyaratannya tidak ribet). Hal itu semua tak epas juga peran istri
untuk menambah pendapatan (membuka warung dan les lesan) dan mengurangi beban
(pulsa 1 bulan Rp 10.000) semua berorientasi dengan gaya hidup sederhana.
Memang seharusnya kesejahteraan tidak hanya diukur seberapa banyak pendapatan
yang diterima tapi diukur juga seberapa besar kebahagiaan yang didapat ( kunci sejahtera adalah bersyukur).
(subkhi)
0 komentar: