Punggawa Arjuna dari SEKTOR |
Ini bukan tentang pencarian biasa
ini kejadian luar biasa dipuncak arjuno ( 16 -19 September 2016 ), berawal dari
ide dadakan untuk sejenak istirahat dan refreshing dari tugas pengerjaan majalah
dan aktivitas organisasi, akhirnya aku, bagas, dika, koko, mamlu, riga,
sirozil, tari dan uqi, memutuskan untuk menikmati arjuno.
Tanpa persiapan ini itu, tanpa
wacana ABCDE, cas cis cus jumat malam (jam 10.00an lah) kita berangkat. Sampai
pos perizinan sudah ada beberapa pendaki yang siap mendaki, cukup mahal pendakian kali ini, tiket perhari 10.000
ditambah parkir sepeda 5.000 per hari, tapi untuk alam dan upaya menikmati
kuasa tuhan tidak ada kata mahal deh.
Mendaki dimulai dengan doa,
lantunan permohonan ampun terucap rapi dalam hati, bukan niat apa apa emang
sudah menjadi kebiasaan kalau langkah di gunung diniatkan untuk mohon ampun dan
lebih dekat dengan tuhan.
Malam gelap, Sinar lampu terangi
jalan, Senyap dan deru langkah kami iringi perjalanan ini. Ditengah malam
keputusan untuk mendirikan tenda dan kamp akibat guyuran hujan dilakukan,
istirahat sejenak lalu sinar hangat matahari membangun kami, sop dan gorengan
sosis menjadi menu dipagi hari, makan pagi dan melanjutkan perjalanan menujuh
kopkopan, mengambil air sejenak lalu melanjutkan ke pondokan, lihat kanan kiri
penuh rumah jerami dengan bongkahan belerang hasil tambangan oleh penduduk pribumi,
tapi langkah kami tidak berhenti disini, lembah kidang menjadi kamp kami untuk
bermalam sebelum melanjutkan perjalanan 5 jam kepuncak arjuno.
Pagi pukul 04.30 selesai shalat
dan persiapan menujuh puncak dipersiapkan, 2 tas carier dan seperangkat
kebutuhan lainnya sudah siap, keseluruhan tim memutuskan untuk mencapai puncak.
Jam 05.00 memulai perjalanan, melewati semak belukar, hutan cemara udang,
bongkahan batu, tanjakan penyesalan (karena tanjakan tidak ada habisnya),
turunan, berjumpa rekan pendaki dari tim lain, sensasi canda tawa, suka duka,
gelak tawa, amarah dan rasa kesal juga menyelimuti perjalanan kami, huiih penuh
sensasi, perjalanan sampai dipuncak kurang lebih 5 jam jadi sampai dipuncak
arjuno kurang lebih jam 10.00an atau sekitar 11.00an lah uda lupa maklum uda
hampir tua otaknya, jadi kalau ditotal selama perjalanan dari pos perizinan sampai
uncak kurang lebih 16 jam, belum termasuk istirahat2 nya, maklum pendaki yang
lebih mementingkan menikmati alam daripada mengejar target waktu pendakian (haha
pembelaan banget), berfoto ria di puncak gunung arjuno, namun aku tidak bisa
ikut foto bersama bendera sektor, ditinggal foto sama teman teman, soalnya pas
teman teman uda sampai dipuncak aku masih tidur di lereng menujuh puncak, asem
banget hiks,,
Oke, 20 jam diatas tidak termasuk petualangan menujuh puncak, ini
tentang setelah puncak arjuno, jam 12,00
(Minggu, 18 September 2016) kami memutuskan turun dari puncak, satu persatu
teman turun, karena kondisi saat itu aku lagi puasa jadi memutuskan untuk turun
perlahan dan dibelakang barisan, bersama temanku (bagas/gono/gembel,dll haha).
Ini diawali ketika ada 2 rute
untuk turun, satu rute menaiki batu dan menujuh lembah kidang dan satu rute
menurun menujuh jalur lawang, ketika itu bagas memutuskan untuk menuruni rute,
sebelum berlanjut aku sudah menanyakan ke dia “apa benar itu rute yang kita
lewati” dia jawab benar, oke lanjut petualangannya, kami (aku dan bagas)
mengikuti rute menujuh alur pendakian lawang, kami melewati turunan, makam,
semak belukar, tanpa bertemu seorang manusiapun, akhirnya mulai mempertanyakan
rute yang kita lewati, huuh berbagai pertanyaan dikalahkan dengan hipotesisku
dimana rute menujuh kebawah pasti akan bertemu dengan pos perizinan dimanapun
itu akhirnya kita terus turun mengikute rute yang salah.
Sampai akhirnya jam 13.00 kami memutuskan untuk shalat
sejenak, shalat dhuhur dan ashar digabung, setelah shalat kita berdiskusi dan
membuat sebuah keputusan, keputusannya adalaaaaah mengambil jalan terobosan non
rute untuk menyusul teman teman, kami menuruni lembah melewati semak, bebatuan,
lembah beralaskan daun pohon cemara, bunga liar dan terus menurun, tidak hanya
menurun, dalam perjalanan 2 jam mencari rute kembali yang tak kunjung ditemukan
kami juga melewati perbatasan satu bukit dengan bukit yang lainnya kami
memutuskan untuk mendaki ke puncak bukit untuk melihat situasi namun tak
satupun yang dapat kami lihat, kabut dan awan sudah menyelimuti wilayah sekitar
kami, dingin sudah mulai terasa, huuh rasa lelah, kedinginan, ditambah
kebingungan akan sebuah kesesatan jalan menambah aroma dramatic petualangan 20
jam kami.
Tepat jam 15.00 kami kembali berdiskusi dan membuat keputusan, yaa
keputusan untuk kembali menujuh rute awal sebenarnya, namun kita tidak melewati
jalan terobosan awal yang kami lewati tadi siang, kami terus berjalan dalam
kebingungan, sesekali menikmati alam dan memetik buah liar mirip berry dihutan
sebagai bekal buka puasa nanti, kami juga melewati jembatan dari pohon yang
tumbang, sungguh mengesankan, terus berjalan dan tetap berpikir positif, jam
16.30 ada keputusan baru, melihat matahari sebalah barat dan menggunakan
analogy ketika berada dipuncak bahwa ketika kita berangkat matahari berada di
sebelah timur maka keputusan baru dari kami adalah mendaki puncak bukit untuk
kembali ke rute, ya benar setelah dipuncak bukit kami menemukan sayatan pisau
di pohon, ada yang menujuh puncak bukit dan ada juga yang menujuh turunan,
berdiskusi sebentar dan akhirnya kami menujuh puncak. Mengikuti sayatan pohon
dan bekas botol air minum sambil terdengar suara adzan dan suara deru motor
membuat kami sedikit optimis bahwa sebenarnya kami dekat dengan daratan
meskipun akhirnya kami tahu bahwa itu efek udara yang membawa suara suara itu.
Mendaki lagi jam 05.30 kami berada di puncak bukit, langkah langkah kaki yang
melelahkan ini membuat sedikit senyum dan rasa syukur bagi diri kami, di puncak
bukit dipohon cemara terpasang rapi petunjuk arah dan tulisan menujuh puncak,
berarti memang benar rute ini rute resmi menujuh puncak tapi kami tidak bisa
melanjutkan perjalanan, perbekalan yang kami bawa hanya satu sarung, tas foto
dika yang isinya foto, hape dan andromax uqi, tanpa headlamp tanpa logistic
tiada makanan tiada minuman dalam perjalanan kesesatan kami, akhirnya buah
berry yang tadi dipetik saya jadikan menu berbuka tanpa meminum apapun,
tenggorokan menjadi kering, mantap habiis.
Kita membuat keputusan lagi yaitu
tidur dibawah pohon untuk malam ini karena meneruskan perjalanan sama halnya
mendekatkan kita dengan jurang karena tidak ada perbekalan yang menunjang,
sehelai sarung sebagai alas, rain cover sebagai selimut, tas poto sebagai
bantal dan pohon semi tinggi sebagai penghalang dari angin gunung serta sinar
bulan sebagai penerang sendu di gelapnya malam puncak arjuno. Setelah sehelai
sarung digelar, tayamum, lalu dilanjutkan shalat maghrib dan isya’, kami
memaksakan untuk tidur, sesekali terbangun, sesekali mengingil, sesekali ganti
posisi tidur (karena bagai hanya memakai kaos oblong dan itupun sobek
lengannya), kaki ditekuk, tangan mengengam erat dan dimasukan dalam jaket,
mencoba menghangatkan diri dengan segala strategi, sambil terus menyebut dan
mengingat allah dalam setiap waktu, ada dua pengharapan kami saat tersesat
yaitu bertemu rute asli atau bertemu orang untuk member informasi, sesekali
kulihat keatas terlihat bintang yang trang, bulan purnama yang indah, dan kulihat
kebawah Nampak lampu lampu pemukiman penduduk, namun cukup hanya sampai disitu,
dinginnya malam tak mampu berbuat lebih, pengharapan terakhir di malam itu
adalah sesegerakan kami bertemu pagi agar badan hangat dan segera bertemu
kawan.
05.59, Sinar matahari pagi sudah meninggi meskipun dingin masih
menyelimuti tubuh kami, dengan rasa terpaksa kami harus bangun dan segera
melangkah lagi, memang sungguh sangat dekat allah dengan kami, masih terngiang
dipuncak tanpa perbekalan, termasuk juga minuman, dalam perjalanan kami pagi
itu allah menitipkan satu botol minuman disemak belukar, ya memang rasanya
tidak sesuai harapan tapi itu cukup mengisi energy kami agar tidak terjadi
dehidrasi, kami melanjutkan perjalanan
menujuh puncak, melewati makam lagi, tapi kali ini 3 makam, assalamualaikum ya
ahli kubur kami ucapkan, puncak gunung kembar 1 menjadi persinggahan kami
sekarang, sembari melihat kondisi sekitar dan mengingat rute kembali akhirnya
perjalanan dilanjutkan, menuruni hutan dan bebatuan. Kami baru sadar ternyata
perjalanan menujuh puncak kemarin penuh tanjakan.
Pukul 07.00 kami mengucapkan syukur lagi, ketika itu kami bertemu 4
pendaki asal malang, hal ini memastikan bahwa rute kami benar, yeeey, sembari
minta logistic juga karena uda semalaman tak ada makanan masuk ke perut, dan
mereka memberi sebungkus mie instan, tapi ini sama saja karena sampai bertemu
kawan kawan kami mie instan itu belum termakan juga, entah karena tidak lapar
atau memang mood yang merasa kenyang, lalu melanjutkan perjalanan dan bertemu 2
pendaki asal malang lagi, dengan cirri khas sarung yang ada pada diri kami
mereka menanyai kami “masnya yang kemarin malam hilang ya, temen temennya di
lembah kidang nyariin mas” wuiih syukur lagi dah, berarti teman teman belum
pada balik, membuat semangat untuk turun semakin kuat, minuman jernih yang
dibawah pendaki itu juga coba kami minum (maklum uda lama ngak minum yang
seger2) kami berterimakasih dan melanjutkan perjalanan kembali.
Sesampainya di jalur perpisahan
rute arjuno dan welirang bagas sempet membuat video documenter kesesatan kami,
lucuh emang tapi aduuh udik banget, jadi keinget dia waktu minta tolong saat
kesesat di jalur non rute ,(toloooong dengan nada yang memprihatinkan, haha
lucuuuu) setelah membuat video perjalanan kesesatan kami dilanjutkan dengan istirahat
di lembah kidang satu (tempat anak ketintang ngekamp), mereka juga bilang kalau
kami dicari rombongan kami, sambil membersihkan diri dan mengambil air bersih,
kami berdiskusi dengan mereka, dan melanjutkan perjalanan menujuh lembah kidang
2 (tempat kamp teman teman kami), akhirnya, sampai dan kami disamput dengan
haru biru dan tangisan kebahagiaan hahahahah kwkwkwkwk, (kagak sedramatis itu
aslinya )
Jam 08.30an kami sampai di kamp awal kami, disuguhi biscuit, roti dan
air minum, diselingi canda tawa ketika tersesat, kuliah umum saat tersesat
dihutan digelar oleh teman teman dengan narasumber hebaat (aku dan bagas) namun
tidak lama kemudian kami bersih diri dan berkemas untuk kembali, 20 jam lebih
tersesat-mantap bukan, pendakian itu petualangan bukan mentarget waktu, cobalah
untuk mendekat ke alam, menikmatinya, dan kamu tahu bahwa apa hakikat mendaki, bukan puncak sebagai tujuan tapi proses
petualanganlah yang diinginkan.
Tragedy tambahan setelah 20 jam.
Sampai di Surabaya jam 10.30an lah, berkemas dan pulang, perjalanan pulang nampak
biasa, namun sudah terasa ada sesuatu yang terjadi, dengan kondisi capek dan
ngantuk saat berkendara, alhasil di pasar asem daerah banyuurip supra 125 menabrak Yamaha motor gede, tidak tahu
bagaimana tabrakannya, aku Cuma inget sudah berada di aspal dengan sepeda
berada diatas tubuhku, dan pengendara Yamaha yang ingin menghantamku dengan
helmnya, tidak ambil pusing saat itu, karena emang sikap tenang dan
menenagkanku suasana terkendali, uang 500 ribu jadi bayaran ganti rugi sepeda
Yamaha yang rusak, kaki bengkak dan goresan luka ada di tangan dan kaki bekas
kelalaian ngantuk dijalan, emang sebaik baik rencana adalah rencana tuhan, tak
usah bingung buat rencana, allah sudah susun rencana yang luar biasa untuk
kita, tinggal kita percayai dan jalani aja, lihatlah air maka kamu akan
menikmati proses air, di atas, dibawah, tenang, bergemuruh, sungguh sensasi
luar biasa.
Sekiaaan, next trip next artikel,
Benar –Baik – Berguna
- Sebarkanlah
Edukasi –
Rekreasi - Sensasi
0 komentar: